Meningkatkan Pertumbuhan Kolateral Koroner dengan Latihan Fisik

Minggu, 16 Juli 2017

     Penyakit arteri koroner atau yang dikenal juga sebagai penyakit jantung koroner, atau penyakit jantung iskemik adalah suatu penyakit yang terjadi ketika ada penyumbatan parsial aliran darah ke jantung. Möbius-Winkler, dkk. (2016) dalam jurnalnya melakukan percobaan megenai dampak latihan olahraga intensif pada sirkulasi kolateral koroner pada pasien dengan penyakit arteri koroner. Sebelumnya kalian harus mengetahui apa itu sirkulasi kolateral koroner. 
     Sirkulasi kolateral koroner adalah suatu jalur aliran darah alternatif untuk mengaliri suatu jaringan atau organ yang sama, dalam hal ini kor atau jantung. Saluran kolateral koroner terbentuk bila terjadi sumbatan yang menutup aliran darah utama tubuh. Bila terjadi sumbatan pada arteri koronaria yang mengaliri jantung kita, maka arteri koroner yang lebih kecil akan mengembangkan jalur pembuluh darah baru di sekitar sumbatan dengan tujuan agar jantung tetap mendapat suplai darah dan oksigen.


     Sirkulasi kolateral koroner yang berkembang dengan baik menyediakan sumber potensial penyediaan darah pada penyakit arteri koroner “Coronary Artery Disease” (CAD).

Ada 2 mekanisme yang berbeda yang dapat aktif dengan adanya penyumbatan pembuluh:
  1. Angiogenesis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tumbuhnya sel-sel endotel mengakibatkan jaringan kapiler. 
  2. Arteriogenesis menggambarkan pembesaran pembuluh agunan oleh peningkatan diameter pembuluh.
Terlihat terjadi penyumbatan (putih), kemudian mulai terbentuk pembuluh kolateral koroner.
     Percobaan Möbius-Winkler, dkk., ini dirancang sebagai pembuktian hipotesis bahwa 4 minggu latihan olahraga intensif dibandingkan dengan perawatan biasa saja menyebabkan peningkatan dalam aliran darah kolateral dan status klinis pada pasien dengan CAD. Dilakukan percobaan dengan beberapa kelompok sampel pasien:
  • Pasien yang memenuhi syarat dengan gejala CAD stabil selama minimal 8 minggu dan usianya >18 dan <76 tahun.
  • Pasien secara acak di grup A melakukan pelatihan di bawah pengawasan 4 kali sehari selama 30 menit, 5 kali seminggu untuk total 4 minggu. Program pelatihan ini dirancang sebagai pelatihan intensitas tinggi. 
  • Pasien grup B melakukan 6 sesi latihan per hari (masing-masing 20 menit) di bawah pengawasan medis sebagai pelatihan intensitas moderat.
  • Pasien dengan perawatan biasa (grup C).
     Dilakukan penilaian aliran kolateral koroner dengan kateterisasi koroner dengan kawat tekanan selama gangguan aliran pembuluh target dengan balon oklusi. 


Dihitung CFI (Coronary Collateral Flow Index) dengan rumus:

CFI = (Poccl − CVP) / (Pao − CVP)
Keterangan:
Poccl mengindikasikan rata-rata tekanan oklusi koroner; Pao, berarti tekanan aorta; dan CVP, tekanan vena sentral.
     Semua pasien tersebut menjalani tes latihan kardiopulmonar pada sepeda ergospirometer untuk menentukan kapasitas latihan individu dan pengambilan oksigen maksimal (VO2). VO2 max adalah kapasitas maksimum tubuh untuk menyalurkan dan menggunakan oksigen saat olahraga intens, yang mencerminkan tingkat kebugaran fisik seseorang.


     Hasil yang didapat:
  1. Setelah 4 minggu, Indeks aliran kolateral coroner (CFI) meningkat secara signifikan sebagai akibat dari intensitas tinggi dan latihan dengan intensitas sedang, sedangkan CFI pada kelompok kontrol relatif tidak berubah.  Dengan masing-masing peningkatan 39,4% untuk grup A, 41,3% untuk grup B, dan 0,7% untuk grup C.
  2. Latihan intensitas tinggi tidak menyebabkan CFI lebih besar dari pelatihan intensitas sedang. 
  3. Setelah 4 minggu, VO2 max meningkat secara signifikan berikut intensitas tinggi dan latihan intensitas sedang dibandingkan dengan perawatan biasa.
     Intensitas latihan moderat sampai tinggi yang dilakukan menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam indeks aliran darah kolateral, dibandingkan dengan perawatan biasa. Oleh karena itu, stimulasi konsisten saluran kolateral oleh latihan memiliki manfaat klinis penting untuk pasien. Selain itu, pelatihan olahraga teratur menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam kapasitas latihan fisik, VO2 max dalam ergospirometri. Hal ini dapat diharapkan akan meningkat memungkinkan sel iskemik untuk bertahan hidup. Penelitian ini memberikan wawasan baru ke dalam peran latihan fisik secara teratur pada pasien dengan CAD sebagai rekomendasi pencegahan sekunder. Jadi, untuk kalian yang masih sehat, jangan tunggu sakit untuk budayakan olahraga!


Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
TEMPLATE MODIFIED BY LULUKADA