Istilah
"nutrigenomik" pertama kali dijelaskan pada tahun 2001 dari Pelegrin
(2001) dan kemudian, muncul pesat pada tahun-tahun berikutnya (Pavlidis, et al., 2015). Nutrigenomik merupakan
ilmu yang mempelajari hubungan molekuler antara nutrisi dengan respon dari gen,
sehingga akan dipahami tentang bagaimana nutrisi mempengaruhi jalur metabolisme
tubuh bahkan mempengaruhi timbulnya suatu penyakit. Menurut Go et al. (2005) nutrisi tidak hanya
bertindak sebagai substrat untuk metabolisme tetapi dapat juga mempengaruhi
proses yang berlangsung secara bersinambungan dari genom ke transkriptom ke
proteom atau genotip, kemudian ke fenotip. Nutrigenomik adalah analisis
prospektif untuk mengetahui peranan berbagai zat gizi dalam mengatur ekspresi
gen.
Sejak abad ke 20 sampai sekarang, telah terjadi pergeseran masalah kesehatan secara global terkait gizi yaitu munculnya penyakit-penyakit akibat kekurangan gizi sampai penyakit kelebihan nutrisi seperti penyakit diabetes mellitus dan obesitas. Hal inilah yang menjadikan para peneliti kemudian melakukan penelitian yang berhubungan dengan kerja zat makanan pada tingkat molekuler. Kaput dan Raymond (2004), pakar biologi molekuler dan seluler Universitas California, mengemukakan konsep dasar berkembangnya ilmu nutrigenomik dilandasi oleh fakta-fakta yang telah terdokumentasi dan dikenal sebagai 5 prinsip nutrigenomik, yaitu:
Sejak abad ke 20 sampai sekarang, telah terjadi pergeseran masalah kesehatan secara global terkait gizi yaitu munculnya penyakit-penyakit akibat kekurangan gizi sampai penyakit kelebihan nutrisi seperti penyakit diabetes mellitus dan obesitas. Hal inilah yang menjadikan para peneliti kemudian melakukan penelitian yang berhubungan dengan kerja zat makanan pada tingkat molekuler. Kaput dan Raymond (2004), pakar biologi molekuler dan seluler Universitas California, mengemukakan konsep dasar berkembangnya ilmu nutrigenomik dilandasi oleh fakta-fakta yang telah terdokumentasi dan dikenal sebagai 5 prinsip nutrigenomik, yaitu:
- Zat-zat makanan, baik langsung maupun tak langsung, berpengaruh pada genom manusia, yang dalam aksinya dapat mengubah ekspresi atau struktur gen.
- Diet merupakan faktor risiko yang serius sebagai penyebab munculnya sejumlah penyakit.
- Besarnya pengaruh nutrien pangan dapat menyehatkan atau menyebabkan sakit tergantung pada susunan genetik masing-masing individu.
- Beberapa gen yang diregulasi oleh diet memainkan peranan dalam inisiasi, insiden, progresi,dan atau keparahan suatu penyakit kronis.
- Konsumsi makanan yang didasarkan pada pengetahuan akan kebutuhan gizi (nutrisi), status gizi, dan genotipe individu dapat digunakan untuk mencegah, meredakan, atau menyembuhkan penyakit kronis.
Secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa nutrigenomik mampu memberikan informasi mengenai potensi
genetik yaitu keadaan tertentu untuk menunjukkan suatu gen diaktifkan maupun di
nonaktifkan. Nutrigenomik dapat menjadi alternatif metode yang tepat untuk
menentukan pengaruh nutrisi pada ekspresi gen atau protein (Wardani, dkk.,
2017). Dengan ditemukannya konsep ini, strategi diet yang tepat bagi
masing-masing individu, yang mampu secara efektif mencegah atau bahkan
mengobati penyakit tertentu dapat ditentukan. Manfaat nutrigenomik dalam dunia
kesehatan sekarang ini memang belum begitu banyak dirasakan, karena untuk
melakukan pemeriksaan gen masih memerlukan biaya yang tidak sedikit. Kemungkinan
pemeriksaan gen di masa yang akan datang akan lebih terjangkau dan mudah
dilakukan, karena seperti kita ketahui, penelitian mengenai nutrigenomik mulai
berkembang dengan pesat.
Sumber:
Go, Vay Liang, Nguyen C. T., Harris D. M., Lee W. N.2005. Nutrient-gene interaction: metabolic genotype-phenotype relationship. The Journal of Nutrition. 135(12):3016S-3020S.
Kaput, Jim, Raymond L. Rodriguez. 2004. Nutritionalgenomics: the next frontier in the postgenomic era. Physiol Genomics. 16: 166-177.
Muller, M., Kersten S. 2003. Nutrigenomics goals andperspectives. Nature Review Genetic.4: 315-22.
Neeha, V. Singh, Priyamvadah Kinth. 2013. Nutrigenomics research: a review. Journal of Food Science Technology. 50(3): 415-428.
Pavlidis, Cristiana, George P. Patrinos, Theodora Katsila. 2015. Nutrigenomic: A controversy. Applied and Translational Genomics. 4: 50-53.
Peregrin, Tony. 2001. The new frontier of nutritionscience: nutrigenomics. Journal of American Diet Association. 101 (11): 1306.
Wardani, Agustin Krisna, Sudarma Dita Wijayanti, Endrika Widyastuti. 2017. Pengantar Bioteknologi. Malang: Univesitas Brawijaya Press.
Go, Vay Liang, Nguyen C. T., Harris D. M., Lee W. N.2005. Nutrient-gene interaction: metabolic genotype-phenotype relationship. The Journal of Nutrition. 135(12):3016S-3020S.
Kaput, Jim, Raymond L. Rodriguez. 2004. Nutritionalgenomics: the next frontier in the postgenomic era. Physiol Genomics. 16: 166-177.
Muller, M., Kersten S. 2003. Nutrigenomics goals andperspectives. Nature Review Genetic.4: 315-22.
Neeha, V. Singh, Priyamvadah Kinth. 2013. Nutrigenomics research: a review. Journal of Food Science Technology. 50(3): 415-428.
Pavlidis, Cristiana, George P. Patrinos, Theodora Katsila. 2015. Nutrigenomic: A controversy. Applied and Translational Genomics. 4: 50-53.
Peregrin, Tony. 2001. The new frontier of nutritionscience: nutrigenomics. Journal of American Diet Association. 101 (11): 1306.
Wardani, Agustin Krisna, Sudarma Dita Wijayanti, Endrika Widyastuti. 2017. Pengantar Bioteknologi. Malang: Univesitas Brawijaya Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar