Mekanisme Penurunan Sistem Imun pada Penderita HIV

Sabtu, 22 Juni 2019

HIV akan menimbulkan penurunan jumlah sel limfosit T CD4. Virus HIV masuk ke tubuh melalui jaringan mukosa dan darah, virus pertama kali menginfeksi sel T, sel dendrit, dan makrofag. Dimana kedua sel mempunyai molekul CD4. Infeksi akan terjadi di jaringan limfoid dan virus akan menjadi laten untuk jangka waktu yang panjang (Kumar, et al., 2014).
Mekanisme penurunan jumlah sel T CD4 pada penderita HIV melalui apoptosis sel, apoptosis terjadi pada limfosit T CD4 yang teraktivasi sebelumnya oleh Antigen Precenting Cells (APC) serta ikatan dengan glikoprotein 120/41 pada reseptor CD4, mekanisme ini dikenal dengan activation-induced cell death. Peningkatan aktivitas imun oleh protein virus HIV menyebabkan adanya disregulasi sitokin terutama peningkatan Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF-") pada makrofag, sehingga mengakibatkan apoptosis pada sel T CD4 (Fevrier, et al., 2011).
Menurut Ffrench, et al., (1997), berikut beberapa mekanisme yang terlibat dalam penurunan sel-sel T CD4:
  • Pembunuhan langsung sel-sel T oleh HIV dan menyebabkan rusaknya membrane sel T karena proses budding virus secara masif dan gangguan fungsi sel oleh RNA, DNA, dan protein virus.
  • Apoptosis atau kematian sel. Sebagai sel imun yang normal tanda-tandanya dapat berfungsi mengontrol proliferasi sel. Kekacauan di dalam mekanisme pensinyalan di dalam sel-sel T dapat menyebabkan apoptosis.
  • Penyerangan imun pada sel-sel terinfeksi. Antigen virus pada permukaan sel T yang terinfeksi dapat menyebabkan penyerangan imun. Gp120 bebas dapat berikatan dengan sel-sel CD4 yang tidak terinfeksi sehingga merubah sel-sel ini menjadi target untuk diserang oleh mekanisme imun humoral maupun mekanisme seluler.
Terdapat pula kegagalan dalam penggantian sel T, yaitu:
  • HIV akan menghambat haemopoiesis dengan menginfeksi sel-sel CD4+ sumsum tulang, yang sangat esensial sebagai pengganti prekursor sel T.
  • Kerusakan timus: infeksi HIV akan menekan timosit melalui infeksi pada sel-sel CD4+ dan CD8+  imatur serta kerusakan sel-sel epitelial timus yang diperlukan untuk maturasi sel T.
  • Kerusakan limfonodus: pada infeksi awal HIV akan berada di dalamlimfonodus dan akan merusak strukturnya. Ini akan dikeluarkan dari lingkungan di dalamnya di mana sel T dalam keadaan normal kontak dengan antigen, proliferasi dan maturasi.
  • Anergi sel T: beberapa protein HIV yang larut dapat mencegah sel T berproliferasi setelah kontak dengan antigen sehingga menurunkan kapasitas ekspansi dan penggantian klon sel T.

      Selain penurunan jumlah sel T CD4, individu yang terinfeksi HIV menunjukkan abnormalitas pada sistem imun yang lain. Walaupun beberapa dari abnormalitas ini disebabkan oleh sel T CD4 yang menurun, fungsi imun yang tidak tergantung sel T juga akan terganggu. Pada infeksi HIV fungsi sel B juga sangat terganggu. Sel-sel B pada individu yang terinfeksi HIV berada pada tahap aktivasi kronik. Kebanyakan penderita menunjukkan proliferasi sel B spontan, terjadi peningkatan sel-sel pembentuk plak hemolitik, dan hipergamaglobulinemia. Selain itu terjadi defek intrinsik dalam respon-respon yang dirangsang sel B seperti antigen dan mitogen, sehingga merangsang pembentukan imunoglobulin (Sudigdoadi, n.d.)


Sumber:
Ffrench, R., Stewart, G. J., Penny, R.., and Levy, J. A. 1997. How HIV produces immune deficiency. Medical Journal of Australia. 22-28.
Sudigdoadi, S. n. d. Imunopatogenesis Infeksi HIV. Pustaka Ilmiah Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran. Universitas Padjadjaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
TEMPLATE MODIFIED BY LULUKADA