Produk pasca panen mudah mengalami kerusakan akibat berbagai penanganan
yang dilakukan sehingga menyebabkan penurunan mutu. Jenis-jenis kerusakan
produk meliputi:
1.
Kerusakan Fisik
Kerusakan produk yang disebabkan perlakuan fisik,
contohnya adalah pengerasa lapisan luar produk (misal: permukaan kulit yang
dikeringkan atau dibekukan)
2.
Kerusakan Mekanis
Kerusakan produk yang disebabkan adanya
benturan-benturan mekanis selama pasca panen, pengemasan, pengangkutan, dan
penyimpanan pangan. Benturan mekanis dapat mengakibatkan memar pada permukaan
kulit dan jaringan produk, memicu kerusakan lebih lanjut akibat tumbuhnya
mikroorganisme.
3.
Kerusakan Mikrobiologis
Kerusakan yang dapat terjadi pada bahan baku, produk
setengah jadi, atau produk jadi akibat mikroorganisme seperti bakteri, kapang,
dan khamir.
4.
Kerusakan Biologis
Kerusakan produk yang disebabkan oleh kerusakan
fisiologis, serangga, dan binatang pengerat/ rodentia seperti tikus, bajing,
dan lain-lain.
5.
Kerusakan Kimia
Kerusakan produk yang disebabkan oleh perlakuan kimia,
dan biasanya saling terkait dengan jenis kerusakan lainnya. Pencetus kerusakan
yang menyebabkan perubahan kimia dapat dipengaruhi suhu selama reaksi
berlangsung, oksigen yang mempercepat reaksi oksidasi, reaksi enzimatis, pH
yang mempengaruhi denaturasi protein atau perubahan warna, dan adanya logam
yang menjadi prekursor reaksi.
Salah satu faktor utama yang dapat menurunkan mutu produk adalah insekta
pengganggu, contohnya lalat buah. Serangan hama seperti insekta pengganggu pada
produk biasanya ditandai dengan adanya kerusakan-kerusakan mekanis. Beberapa
serangga dapat menjadi vektor penyakit tanaman. Oleh karena itu, penanganan
insekta pengganggu produk pascapanen sangat kritis untuk perdagangan. Beragam
cara penanganan insekta pengganggu telah banyak dilakukan baik secara kimiawi,
fisik, musuh alami, dan resistensi yang diinduksi. Menurut Utama (2010),
beberapa cara pengendalian serangga hama adalah sebagai berikut:
1.
Pendekatan sistem
Dalam pendekatan sistem, tidak ada cara pengendalian
tunggal yang sempurna. Sejumlah cara diintegrasikan untuk mengendalikan
serangga hama yang dapat berada pada produk. Seperti halnya "Integrated Pest Management", pengendalian
dapat mulai dari kebun dan lingkungan sekitarnya, pengendalian kematangan saat
panen, inspeksi saat pengemasan, pengembangan prosedur pencucian khusus, dan
sebagainya.
2.
Pest-free
zone
"Pest-Free Zone"
adalah daerah pertumbuhan yang telah disertifikasi bebas dari hama-hama
tertentu. Dibutuhkan program pembatasan
ketat terhadap perpindahan produk dari daerah terinfestasi ke daerah PFZ.
3.
Inspeksi dan sertifikasi
Produk sering membutuhkan inspeksi dan sertifikasi
sebelum dikapalkan. Produk yang diekspor dari PFZ tidak perlu memenuhi
perlakuan karantina khusus, tetapi inspeksi dan sertifikasi dibutuhkan.
4.
Perlakuan pascapanen
Perlakuan pascapanen ditujukan untuk membunuh atau
mensterilkan hama serangga dengan kerusakan minimum pada produk. Perlakuan apapun yang akan diberikan harus
mempertimbangkan respon dari komoditi tersebut terhadap perlakuan tersebut.
Cara penanganan insekta pengganggu yang umum, mudah, dan murah adalah dengan
cara fumigasi. Contoh fumigant yang
sering digunakan untuk pengendalian hama pascapanen adalah methyl bromide, phosphine dan hydrogen
cyanide. Namun di masa akan datang, penggunaan kebanyaan fumigant tampaknya akan menurun karena
pengaruhnya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
Perlakuan dengan suhu baik tinggi maupun rendah merupakan alternatif non
kimiawi, tidak meninggalkan residu dan lebih aman. Namun demikian, beberapa kekurangan dari cara
ini adalah berpotensi merusak produk bila tidak dilakukan secara hati-hati,
biaya energi tinggi, waktu perlakuan relatif lama dibandingkan dengan fumigasi
serta suhu dan waktu yang tepat harus dieksplorasi untuk mampu efektif dalam
mengendalikan serangga dimana tidak menyebabkan kerusakan pada produk.
Terdapat pula perlakuan kombinasi diantara kedua cara tersebut, baik
dengan fumigasi atau dengan
pengaturan suhu. Perlakuan kombinasi paling umum dilakukan dengan methyl bromide dan perlakuan dingin.
Perlakuan dingin dapat diberikan sebelum atau sesudah fumigasi. Dengan
kombinasi ini memungkinkan penggunaan dosis methyl
bromide yang rendah dan perlakuan lebih singkat bila dikombinasikan dengan
pendinginan.
Sumber:
Utama, I. M. S. 2010. Pengendalian Organisme
Pengganggu Pascapanen Produk Hortikultura dalam Mendukung GAP. Artikel. Pusat Pengkajian Buah-Buahan
Tropika (PPBT) Universitas Udayana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar