Kerusakan Produk dan Penanganan Insekta Pengganggu

Jumat, 15 Mei 2020


Produk pasca panen mudah mengalami kerusakan akibat berbagai penanganan yang dilakukan sehingga menyebabkan penurunan mutu. Jenis-jenis kerusakan produk meliputi:
1.        Kerusakan Fisik
Kerusakan produk yang disebabkan perlakuan fisik, contohnya adalah pengerasa lapisan luar produk (misal: permukaan kulit yang dikeringkan atau dibekukan)
2.        Kerusakan Mekanis
Kerusakan produk yang disebabkan adanya benturan-benturan mekanis selama pasca panen, pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan pangan. Benturan mekanis dapat mengakibatkan memar pada permukaan kulit dan jaringan produk, memicu kerusakan lebih lanjut akibat tumbuhnya mikroorganisme.
3.        Kerusakan Mikrobiologis
Kerusakan yang dapat terjadi pada bahan baku, produk setengah jadi, atau produk jadi akibat mikroorganisme seperti bakteri, kapang, dan khamir.
4.        Kerusakan Biologis
Kerusakan produk yang disebabkan oleh kerusakan fisiologis, serangga, dan binatang pengerat/ rodentia seperti tikus, bajing, dan lain-lain.
5.        Kerusakan Kimia
Kerusakan produk yang disebabkan oleh perlakuan kimia, dan biasanya saling terkait dengan jenis kerusakan lainnya. Pencetus kerusakan yang menyebabkan perubahan kimia dapat dipengaruhi suhu selama reaksi berlangsung, oksigen yang mempercepat reaksi oksidasi, reaksi enzimatis, pH yang mempengaruhi denaturasi protein atau perubahan warna, dan adanya logam yang menjadi prekursor reaksi.

Salah satu faktor utama yang dapat menurunkan mutu produk adalah insekta pengganggu, contohnya lalat buah. Serangan hama seperti insekta pengganggu pada produk biasanya ditandai dengan adanya kerusakan-kerusakan mekanis. Beberapa serangga dapat menjadi vektor penyakit tanaman. Oleh karena itu, penanganan insekta pengganggu produk pascapanen sangat kritis untuk perdagangan. Beragam cara penanganan insekta pengganggu telah banyak dilakukan baik secara kimiawi, fisik, musuh alami, dan resistensi yang diinduksi. Menurut Utama (2010), beberapa cara pengendalian serangga hama adalah sebagai berikut:
1.        Pendekatan sistem
Dalam pendekatan sistem, tidak ada cara pengendalian tunggal yang sempurna. Sejumlah cara diintegrasikan untuk mengendalikan serangga hama yang dapat berada pada produk. Seperti halnya "Integrated Pest Management", pengendalian dapat mulai dari kebun dan lingkungan sekitarnya, pengendalian kematangan saat panen, inspeksi saat pengemasan, pengembangan prosedur pencucian khusus, dan sebagainya.
2.        Pest-free zone
"Pest-Free Zone" adalah daerah pertumbuhan yang telah disertifikasi bebas dari hama-hama tertentu. Dibutuhkan program pembatasan ketat terhadap perpindahan produk dari daerah terinfestasi ke daerah PFZ.
3.        Inspeksi dan sertifikasi
Produk sering membutuhkan inspeksi dan sertifikasi sebelum dikapalkan. Produk yang diekspor dari PFZ tidak perlu memenuhi perlakuan karantina khusus, tetapi inspeksi dan sertifikasi dibutuhkan.
4.        Perlakuan pascapanen
Perlakuan pascapanen ditujukan untuk membunuh atau mensterilkan hama serangga dengan kerusakan minimum pada produk.  Perlakuan apapun yang akan diberikan harus mempertimbangkan respon dari komoditi tersebut terhadap perlakuan tersebut.

Cara penanganan insekta pengganggu yang umum, mudah, dan murah adalah dengan cara fumigasi. Contoh fumigant yang sering digunakan untuk pengendalian hama pascapanen adalah methyl bromide, phosphine dan hydrogen cyanide. Namun di masa akan datang, penggunaan kebanyaan fumigant tampaknya akan menurun karena pengaruhnya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
Perlakuan dengan suhu baik tinggi maupun rendah merupakan alternatif non kimiawi, tidak meninggalkan residu dan lebih aman. Namun demikian, beberapa kekurangan dari cara ini adalah berpotensi merusak produk bila tidak dilakukan secara hati-hati, biaya energi tinggi, waktu perlakuan relatif lama dibandingkan dengan fumigasi serta suhu dan waktu yang tepat harus dieksplorasi untuk mampu efektif dalam mengendalikan serangga dimana tidak menyebabkan kerusakan pada produk.
Terdapat pula perlakuan kombinasi diantara kedua cara tersebut, baik dengan fumigasi atau dengan pengaturan suhu. Perlakuan kombinasi paling umum dilakukan dengan methyl bromide dan perlakuan dingin. Perlakuan dingin dapat diberikan sebelum atau sesudah fumigasi. Dengan kombinasi ini memungkinkan penggunaan dosis methyl bromide yang rendah dan perlakuan lebih singkat bila dikombinasikan dengan pendinginan.


Sumber:
Utama, I. M. S. 2010. Pengendalian Organisme Pengganggu Pascapanen Produk Hortikultura dalam Mendukung GAP. Artikel. Pusat Pengkajian Buah-Buahan Tropika (PPBT) Universitas Udayana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
TEMPLATE MODIFIED BY LULUKADA